Saya tidak berharap untuk menemukan cinta sejati saya ketika saya masih berusia 16 tahun dan saya tidak berharap sahabat atau teman saya menjadi cinta sejati saya. Bahkan, ketika saya mengetahui Dhika pindah ke Jakarta dari Surabaya, saya pikir kami hanya akan menjadi teman. Beberapa bulan sebelumnya saya sudah seringkali bertemu dengannya, Saya merasakan sedikit percikan rasa pengakuan atas perasaan yang sedikit galau. Namun pada saat itu, saya tidak memikirkannya.
![]() |
Remaja 16 tahun pacaran di sekolah - Source: www.keepo.me |
Ketika Dhika tiba-tiba hadir ke hidupku tanpa ada sedikit pun penyesalan. Dia tiba tiba selalu ada untuk menemaniku pulang ketika aku meninggalkan rumah temanku dan dia pun selalu ada ketika aku perlu untuk Curhat Dengan seseorang. Di pagi hari yang dingin pun dia rela menunggu di depan rumah ku untuk sekedar mengantarku ke sekolah saat itu ketika aku melihatnya pergi, aku merasa sebel karena aku tidak akan melihatnya sepanjang hari ini.
Seringkali aku merasakan telah lama mengenalnya dan itu membuat saya selalu menantikanya lewat uintuk sekedar melihatnya, itu sesuatu yang sangat tidak biasa bagi saya yang anti berkencan. Selain itu, saya merasa benar-benar nyaman ketika berada di sisinya dan saya tidak merasa tertekan ataupun galaum dan sepertinya dia menunggu saya menyerah untuk mulai berkencan.
Saya mendapati bahwa hal itu lumrah terjadi pada akhir masa kanak-kanak menjelang remaja yang menurutsaya perasaan ini sangat membingungkan, saya tidak harus berpura-pura atau bertindak bahagia ketika saya tidak merasakannya. Saya tidak harus menahan pendapat saya atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri saya. Saya bisa tertawa tanpa takut melakukannya dan yang lebih penting, saya bisa menangis dan benar-benar menjelaskan alasan saya melakukannya.
Itu adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya, dan saya menghargai persahabatan yang kami bangun dalam waktu yang singkat. Tapi itu hanya pertemanan, kataku dalam hati. Maksudku, siapa yang menemukan cinta sejati diusia 16 tahun?
Dan disaat musim kemarau dengan cepat berubah menjadi musim hujan, saya menyadari bahwa saya mulai membangun perasaan untuk Dhika. Disaat itu kami tidak berbicara tentang mereka yang lagi kasmaran, kami berbicara tentang segala sesuatu yang lain tetapi apa yang terjadi?. Hari-hari menjadi cerah dan dedaunan mulai berubah menghijau, tampilan warna cerah mulai muncul di tengah-tengah pepohonan. Dan suatu hari, aku menatap matanya ketika dia menyelipkan jari di antara jemariku dan menyadarinya bahwa ini adalah pria yang aku cintai.
Panik itulah yang saya rasakan saat itu. Saya masih berumur 16tahun bagaimana saya bisa tahu apa itu cinta? Saya berusia 16 tahun akan tetapi tapi tahu pasti tanpa keraguan bahwa saya bukan orang yang tepat untuknya. Saya sangat panik, dan saya pun berlari menghindarinya keesokan harinya, dan saya memberi tahu teman saya bahwa saya tidak bisa melihatnya lagi. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak cocok untuknya, bukan orang terbaik untuknya dan saya selalu di hantui rasa bingung, Saya merasa sangat tidak dewasa akan timbul terlalu banyak masalah jika berkencan dengan siapa pun, apalagi dengan Dhika.
Temankupun menatapku, memelukku dan berkata,
"Kurasa kau perlu memberi tahu Dhika, bukan aku."
Sampai saat ini aku tidak tahu harus berkata apa harus berbuat apa. Semuanya ini hal yang sangat baru terlalu berlebihan menurutku, tetapi pada akhirnya saya setuju untuk membiarkan temansaya untuk berbicara kepadanya mewakili saya. Malamnya, saya bertemu dengannya dan dia hanya berbagi ruang.
Berdua kami duduk terdiam tidak saling berbicara, dia tidak berkata ke saya apa pun atau memberi tahu saya bahwa saya kekanak-kanakan. Kami duduk di sana dalam kesunyian alam yang hening dan saya hanya menikmati kedekatannya. Dan pada akhirnya, dia menatapku dengan tenang dan tersenyum, mata cokelatnya hangat ketika dia berkata, “Tidak ada yang penting bagiku. Hanya kamu yang penting bagiku. "
Saya selalu kepikiran matanya yang cukup meyakinkan bahwa dia tidak akanmacam-macam kepada saya maka saya putuskan untuk terus duduk bersamanya dan kami hanya saling menemani sampai larut tanpa banyak kata sampai saat waktunya tiba saya harus pulang. Ketika saya menutup pintu setelah dia pergi, saya tahu bahwa saya tidak harus pergi berlari menghindar, tidak perlu panik. Saya telah menemukan seseorang yang mengerti siapa saya, tidak peduli betapa aneh atau rumitnya saya. Saya tahu bahwa saya telah menemukan seseorang yang dapat saya cintai tanpa takut untuk mencintai.
Pada Hari berikutnya saya melihat Dhika lagi dan hari setelah itu, dan minggu sesudahnya. Hari-hari berlalu dalam minggu, minggu ke bulan dan akhirnya bulan ke tahun. Kami tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan penting dalam hidup kami tetapi kami menikah ketika saya berusia 21 dan mulai berkencan setelahnya kami berhasil mempertahankan prinsip kami berkencan setelah menikah, sekarang pada usia 33, saya masih melihat ke mata cokelatnya dan melihat pria pendiam itu. Saya melihat hati saya dan saya tahu bahwa, terlepas dari segala cobaan dan rintangan, saya menemukan cinta sejati saya pada usia 16 tahun dan saya berharap untuk menghabiskan sisa hidup saya dengannya.
Buah karya Oleh: Sirena V.S
0 comments